Jumat, 22 Juni 2012

SEJARAH DAN BIOGRAFI KHILAFAH


SEJARAH DAN BIOGRAFI KHILAFAH

i. Abu Bakar as-Siddiq
Abu Bakar al-Siddiq (Bahasa Arab: أبو بكر الصديق‎ Abū Bakr al-Siddīq) ialah khalifah pertama orang Muslim dari tahun 632-634. Beliau pada awalnya digelar Abdul Kaabah (hamba Kaabah) tetapi selepas pengislamannya, beliau menukar namanya kepada Abdullah. Namun beliau selalu digelar Abu Bakar (daripada perkataan Arab Bakar yang bermaksud unta muda) kerana beliau amat gemar membiak unta. Beliau amat terkenal dengan gelaran As-Siddiq (yang membenarkan). Nama sebenar beliau ialah Abdullah ibni Abi Qahafah
Abu Bakar As Siddiq ayah dari Aisyah istri Nabi Muhammad SAW. Namanya yang sebenarnya adalah Abdul Ka'bah (artinya 'hamba Ka'bah'), yang kemudian diubah oleh Rasulullah Saw menjadi Abdullah (artinya 'hamba Allah'). Abu Bakar As Siddiq atau Abdullah bin Abi Quhafah (Usman) bin Amir bin Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr al-Quraisy at-Taimi. Bertemu nasabnya dengan Nabi saw kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai, kakek yang keenam. Dan ibunya, Ummul-Khair, sebenarnya bernama Salma binti Sakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim. Nabi Muhammad Saw juga memberinya gelar As Siddiq (artinya 'yang berkata benar'), sehingga ia lebih dikenal dengan nama Abu Bakar as-Siddiq.
Abu Bakar As Siddiq tumbuh dan besar di Mekah dan tidak pernah keluar dari Mekah kecuali untuk tujuan dagang dan bisnis. Beliau memiliki harta kekayaan yang sangat banyak dan kepribadian yang sangat menarik, memiliki kebaikan yang sangat banyak, dan sering melakukan perbuatan-perbuatan yang terpuji. Sebagaimana hal ini dikatakan oleh Ibnu Dughunnah, sesungguhnya engkau selalu menyambung tali kasih dan keluarga, bicaramu selalu benar, dan kau menanggung banyak kesulitan, kau bantu orang-orang yang menderita dan kau hormati tamu.
An-Nawawi berkata: Abu Bakar As Siddiq termasuk tokoh Quraisy dimasa Jahiliyah, orang yang selalu dimintai nasehat dan pertimbangannya, sangat dicintai dikalangan mereka, sangat mengetahui kode etik dikalangan mereka. Tatkala, Islam datang Abu Bakar As Siddiq mengedepankan Islam atas yang lain, dan beliau masuk Islam dengan sempurna.
Zubair bin Bakkar bin Ibnu Asakir meriwayatkan dari Ma’ruf bin Kharbudz dia berkata: Sesungguhnya Abu Bakar As Siddiq adalah salah satu dari 10 orang Quraisy yang kejayaannya dimasa Jahiliyah bersambung hingga zaman Islam. Abu Bakar As Siddiq mendapat tugas untuk melaksanakan diyat (tebusan atas darah kematian) dan penarikan hutang. Ini terjadi karena orang-orang Quraisy tidak memiliki raja dimana mereka bisa mengembalikan semua perkara itu kepada raja. Pada setiap kabilah dikalangan Quraisy saat itu, ada satu kekuasaan umum yang memiliki kepala suku dan kabilah sendiri.
i.a. Istri-istri dan anak Abu Bakar.
Abu Bakar pernah menikahi Qutailah binti Abdul Uzza bin Abd bin As’ad pada masa jahiliyyah dan dari pernikahan tersebut lahirlah Abdullah dan Asma’.
Beliau juga menikah dengan Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Zuhal bin Dahman dari Kinanah, dari pernikahan tersebut lahirlah Abdurrahman dan ‘Aisyah.
Beliau juga menikah dengan Asma’ binti Umais bin ma’add bin Taim al-Khatts’amiyyah, dan sebelumnya Asma’ diperistri oleh Ja’far bin Abi Thalib. Dari hasil pernikahannya ini lahirlah bin Abu Bakar, dan kelahiran tersebut terjadi pada waktu haji Wada’ di Dzul Hulaifah.
Beliau juga menikah dengan Habibah binti Kharijah bin Zaid bin Zuhair dari Bani al-Haris bin al-Khazraj.
Abu Bakar pernah singgah di rumah Kharijah ketika beliau datang ke Madinah dan kemudian mempersunting putrinya, dan beliau masih terus berdiam dengannya di suatu tempat yang disebut dengan as-Sunuh hingga Rasullullah saw wafat dan beliau kemudian diangkat menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah saw. Dari pernikahan tersebut lahirlah Ummu Khultsum.
 i. b. Orang yang paling bersih di masa Jahilliyah
Ibnu Asakir meriwayatkan dengan sanadnya yang shahih dari Aisyah, dia berkata: demi Allah, Abu Bakar As Siddiq tidak pernah melantunkan satu syairpun di masa Jahiliyah dan tidak pula dimasa Islam. Abu Bakar As Siddiq dan Utsman bin Affan tidak pernah minum minuman keras di zaman Jahiliyah.

Ibnu Asakir meriwayatkan dari Abdullah bin Zubair, dia berkata, Abu Bakar As Siddiq sama sekali tidak pernah mengucapkan syair.
Ibnu Asakir meriwayatkan dari Abu Al-Aliyyah Ar-rayahi, dia berkata: Dikatakan kepada Abu Bakar As Siddiq ditengah sekumpulan sahabat Rasulullah: Apakah kamu pernah meminum minuman keras di zaman Jahiliyah? Beliau berkata, ”Saya berlindung kepada Allah dari perbuatan itu!”
i.c.  Sifat Abu Bakar As Siddiq
Ibnu Saad meriwayatkan dari Aisyah bahwa seorang laki-laki berkata kepadanya: Coba sebutkan kepada saya gambaran tentang Abu Bakar As Siddiq! Kata Aisyah: dia adalah laki-laki kulit putih, kurus, tidak terlalu lebar bentuk tubuhnya,sedikit bungkuk, tidak bisa untuk menahan pakaiannya turun dari pinggangnya, tulang-tulang wajahnya menonjol, dan pangkal jemarinya datar.
Ibnu Asakir meriwayatkan dari Aisyah, bahwa Abu Bakar As Siddiq mewarnai rambutnya dengan 'daun pacar' dan katam (nama jenis tumbuhan). Dia juga meriwayatkan dari Anas, dia berkata, Rasulullah datang ke Madinah, dan tidak ada salah seorang dari para sahabatnya yang beruban kecuali Abu Bakar As Siddiq, maka dia menyemirnya dengan daun pacar dan katam.
Abu Bakar As Siddiq dilahirkan di Mekah dari keturunan Bani Tamim ( Attamimi ), suku bangsa Quraisy. Berdasarkan beberapa sejarawan Islam, ia adalah seorang pedagang, hakim dengan kedudukan tinggi, seorang yang terpelajar serta dipercayai sebagai orang yang bisa menafsirkan mimpi.
 i.d. Era bersama Nabi saw
Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk Islam pada masa awal. Ia juga mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh penduduk Mekkah yang mayoritas masih memeluk agama nenek moyang mereka. Namun, penyiksaan terparah dialami oleh mereka yang berasal dari golongan budak. Sementara para pemeluk non budak biasanya masih dilindungi oleh para keluarga dan sahabat mereka, para budak disiksa sekehendak tuannya. Hal ini mendorong Abu Bakar As Siddiq membebaskan para budak tersebut dengan membelinya dari tuannya kemudian memberinya kemerdekaan. Sehingga diriwayatkan bahwa Abu Bakar As Siddiq memiliki 9 toko yang semuanya habis dibuat untuk tegaknya agama islam. Beberapa budak yang ia bebaskan antara lain :
  Bilal bin Rabbah
  Abu Fakih
  Ammar
  Abu Fuhaira
  Lubainah
  An Nahdiah
  Ummu Ubays
  Zinnira
Ketika peristiwa Hijrah, saat Nabi Muhammad SAW pindah ke Madinah (622 M), Abu Bakar As Siddiq adalah satu-satunya orang yang menemaninya. Abu Bakar As Siddiq juga terikat dengan Nabi Muhammad secara kekeluargaan. Anak perempuannya, Aisyah menikah dengan Nabi Muhammad beberapa saat setelah Hijrah.
i.e.  Menjadi Khalifah
Selama masa sakit Rasulullah SAW saat menjelang ajalnya, dikatakan bahwa Abu Bakar As Siddiq ditunjuk untuk menjadi imam shalat menggantikannya, banyak yang menganggap ini sebagai indikasi bahwa Abu Bakar As Siddiq akan menggantikan posisinya. Segera setelah kematiannya (632), dilakukan musyawarah di kalangan para pemuka kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah, yang akhirnya menghasilkan penunjukan Abu Bakar As Siddiq sebagai pemimpin baru umat Islam atau khalifah Islam.
Apa yang terjadi saat musyawarah tersebut menjadi sumber perdebatan. Penunjukan Abu Bakar As Siddiq sebagai khalifah adalah subyek yang sangat kontroversial dan menjadi sumber perpecahan pertama dalam Islam, dimana umat Islam terpecah menjadi kaum Sunni dan Syi'ah. Di satu sisi kaum Syi'ah percaya bahwa seharusnya Ali bin Abi Thalib (menantu nabi Muhammad), yang menjadi pemimpin dan dipercayai ini adalah keputusan Rasulullah SAW sendiri sementara kaum sunni berpendapat bahwa Rasulullah SAW menolak untuk menunjuk penggantinya. Kaum sunni berargumen bahwa Rasulullah mengedepankan musyawarah untuk penunjukan pemimpin. Sementara muslim syi'ah berpendapat kalau Rasulullah saw dalam hal-hal terkecil seperti sebelum dan sesudah makan, minum, tidur, dll, tidak pernah meninggalkan umatnya tanpa hidayah dan bimbingan apalagi masalah kepemimpinan umat terahir, dan juga banyak hadits di Sunni maupun Syi'ah tentang siapa khalifah sepeninggal Rasulullah saw, serta jumlah pemimpin islam yang dua belas. Terlepas dari kontroversi dan kebenaran pendapat masing-masing kaum tersebut, Ali bin Abu Thalib sendiri secara formal menyatakan kesetiaannya (berbai'at) kepada Abu Bakar As Siddiq dan dua khalifah setelahnya (Umar bin Khattab dan Usman bin Affan). Kaum sunni menggambarkan pernyataan ini sebagai pernyataan yang antusias dan Ali bin Abu Thalib menjadi pendukung setia Abu Bakar As Siddiq dan Umar bin Khattab. Sementara kaum syi'ah menggambarkan bahwa Ali bin Abu Thalib melakukan baiat tersebut secara "pro forma," mengingat beliau berbaiat setelah sepeninggal Fatimah istri beliau yang berbulan bulan lamanya dan setelah itu ia menunjukkan protes dengan menutup diri dari kehidupan publik.
 i.f. Perang Ridda
Segera setelah menjabat Abu Bakar As Siddiq, beberapa masalah yang mengancam persatuan dan stabilitas komunitas dan negara Islam saat itu muncul. Beberapa suku Arab yang berasal dari Hijaz dan Nejed membangkang kepada khalifah baru dan sistem yang ada. Beberapa diantaranya menolak membayar zakat walaupun tidak menolak agama Islam secara utuh. Beberapa yang lain kembali memeluk agama dan tradisi lamanya yakni penyembahan berhala. Suku-suku tersebut mengklaim bahwa hanya memiliki komitmen dengan Nabi Muhammad SAW dan dengan kematiannya komitmennya tidak berlaku lagi. Berdasarkan hal ini Abu Bakar menyatakan perang terhadap mereka yang dikenal dengan nama perang Ridda. Dalam perang Ridda peperangan terbesar adalah memerangi "Ibnu Habib al-Hanafi" yang lebih dikenal dengan nama Musailamah Al-Kazab (Musailamah si pembohong), yang mengklaim dirinya sebagai nabi baru menggantikan Nabi Muhammad SAW. Musailamah kemudian dikalahkan pada pertempuran Akraba oleh Khalid bin Walid.
i.g. Al Quran
Abu Bakar As Siddiq juga berperan dalam pelestarian teks-teks tertulis Al Quran. Dikatakan bahwa setelah kemenangan yang sangat sulit saat melawan Musailamah dalam perang Ridda, banyak penghafal Al Qur'an yang ikut tewas dalam pertempuran. Abu Bakar As Siddiq lantas meminta Umar bin Khattab untuk mengumpulkan koleksi dari Al Qur'an. Setelah lengkap koleksi ini, yang dikumpulkan dari para penghafal Al-Quran dan tulisan-tulisan yang terdapat pada media tulis seperti tulang, kulit dan lain sebagainya, oleh sebuah tim yang diketuai oleh sahabat Zaid bin Tsabit, kemudian disimpan oleh Hafsah, anak dari Umar bin Khattab dan juga istri dari Nabi Muhammad SAW. Kemudian pada masa pemerintahan Ustman bin Affan koleksi ini menjadi dasar penulisan teks al Qur'an hingga yang dikenal hingga saat ini.
Abu Bakar As Siddiq meninggal pada tanggal 23 Agustus 634/ 8 Jumadil Awwal 13 H di Madinah pada usia 63 tahun. Beliau berwasiat agar jenazahnya dimandikan oleh Asma` binti Umais, istri beliau. Kemudian beliau dimakamkan di samping makam Rasulullah. Umar mensholati jenazahnya diantara makam Nabi dan mimbar (ar-Raudhah) . Sedangkan yang turun langsung ke dalam liang lahat adalah putranya yang bernama Abdurrahman (bin Abi Bakar), Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Thalhah bin Ubaidillah.

ii. Umar Al-Khattab

Saidina Umar al-Khattab (Arab, عمر بن الخطاب) (c. 581 - November, 644), kadang-kadang dipanggil juga sebagai Umar al-Farooq ataupun Omar atau Umar ialah daripada Bani Adi iaitu salah satu golongan puak Bani Adi,Quraisy. Dia menjadi khalifah kedua Islam pada 23 Ogos (633-644) bersamaan 22 Jamadilakhir tahun 13 Hijrah dan merupakan salah satu khalifah di dalam Khulafa al-Rasyidin.

ii.a. Kehidupan awal

Saidina Umar dilahirkan di Makkah.Bapanya bernama Khattab bin Nufaul Bin Abdul Uzza. Beliau dikatakan terdiri daripada golongan kelas pertengahan. Waktu kecilnya pernah mengembala kambing dan dewasanya beliau berniaga dengan berulang alik ke Syam membawa barang dagangan. Beliau juga berilmu iaitu merupakan perkara yang amat jarang pada masa tersebut dan juga merupakan seorang pejuang dan wira yang gagah dan terkenal kerana kegagahannya.

Ringkasan

Saidina Umar bin Al-Khattab telah mendapat hidayat Islam pada tahun ke-6 kenabian ketika berumur 27 tahun.Beliau memeluk Islam setelah mendengar adik perempuan nya membaca ayat -ayat AL-QURAN . Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh At-Tabrani bahawa Rasulullah S.A.W juga pernah berdoa: Ya Allah , kuatkanlah Islam dengan Umar. Sebuah hadis daripada Ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah bahawa Rasulullah S.A.w bersabda : Apabila Umar memeluk Islam,Jibrail pun datang dan berkata : Ya Muhammad , sesungguhnya seluruh makhluk langit bergembira dengan Islamnya Umar

Memeluk Islam

Semasa Nabi Muhammad s.a.w. mula menyebarkan Islam secara terang-terangan, Saidina Umar mempertahankan ajaran tradisi masyarakat Quraisy. Saidina Umar ialah antara orang yang paling kuat menentang Islam pada masa itu.
Menurut ahli sejarah Islam, semasa Saidina Umar dalam perjalanan untuk membunuh Rasulullah s.a.w., beliau bertembung dengan seseorang yang mengatakan bahawa beliau haruslah membunuh adik perempuannya dahulu memandangkan adiknya telah memeluk Islam.
Saidina Umar pergi ke rumah adiknya dan mendapati adiknya sedang membaca Al Quran. Dalam keadaan yang marah dan kecewa beliau memukul adiknya. Apabila melihat adiknya berdarah, beliau meminta maaf dan sebagai balasan beliau akan membaca secebis ayat Al Quran kepada adiknya. Beliau berasa terharu apabila mendengar ayat-ayat Al Quran yang begitu indah sehinggakan beliau memeluk Islam pada hari itu juga.
Selepas peristiwa terbabit, beliau berjanji akan melindungi Islam sehingga ke titisan darah terakhir.

Saidina Umar di Madinah

Saidina umar merupakan antara individu yang berhijrah ke Yathrib (kemudiannya dikenali sebagai Madinah). Dia merupakan salah seorang daripada Sahabat Rasulullah s.a.w..
Pada tahun 625, anak perempuan Saidina Umar iaitu Hafsa mengahwini Nabi Muhammad s.a.w.

ii.b. Kewafatan Nabi Muhammad s.a.w.

Nabi Muhammad s.a.w. wafat pada tahun 632 masihi. Saidina Umar dikatakan amat sedih dengan kewafatan Rasulullah s.a.w. sehinggakan beliau sanggup membunuh sesiapa sahaja yang mengatakan bahawa Rasulullah s.a.w. telah wafat. Beliau kemudiannya kembali tenang selepas Saidina Abu Bakar (khalifah pertama umat Islam) berucap "Sesiapa yang menyembah Muhammad ketahuilah bahawa baginda telah wafat, tetapi sesiapa yang menyembah Allah s.w.t., ketahuilah bahawa Allah itu hidup dan tidak akan mati." Saidina Abu Bakar kemudiannya membaca beberapa potong ayat Al Quran untuk mententeramkan umat Islam.
Saidina Abu Bakar dengan sokongan Saidina Umar menjadi khalifah pertama umat Islam. Semasa pemerintahan singkat Saidina Abu Bakar, Saidina Umar merupakan penasihat Saidina Abu Bakar. Saidina Abu Bakar mencalonkan Saidina Umar sebagai penggantinya sebelum kematiannya pada tahun 634 masihi. Dengan itu Saidina Umar menjadi khalifah kedua umat Islam.

ii. c. Pemerintahan Saidina Umar

Semasa pemerintah Saidina Umar, empayar Islam berkembang dengan pesat; menawan Mesopotamia dan sebahagian kawasan Parsi daripada Empayar Parsi (berjaya menamatkan Empayar Parsi), dan menawan Mesir, Palestin, Syria, Afrika Utara, dan Armenia daripada Byzantine (Rom Timur). Ada diantara pertempuran ini menunjukkan ketangkasan tentera Islam seperti Perang Yarmuk yang menyaksikan tentera Islam yang berjumlah 40,000 orang menumpaskan tentera Byzantine yang berjumlah 120,000 orang. Hal ini mengakhiri pemerintahan Byzantine di selatan Asia Kecil.
Pada tahun 637, selepas pengempungan Baitulmuqaddis yang agak lama, tentera Islam berjaya menakluk kota tersebut. Paderi besar Baitulmuqaddis iaitu Sophronius menyerahkan kunci kota itu kepada Saidina Umar. Beliau kemudiannya mengajak Saidina Umar supaya bersembahyang di dalam gereja besar Kristian iaitu gereja Church of the Holy Sepulchre. Saidina Umar menolak dan sebaliknya menunaikan solat tidak beberapa jauh daripada gereja tersebut kerana tidak ingin mencemarkan status gereja tersebut sebagai pusat keagamaan Kristian. 50 tahun kemudian, sebuah masjid yang digelar Masjid Umar dibina di tempat Saidina Umar menunaikan solat.
Saidina Umar banyak melakukan reformasi terhadap sistem pemerintahan Islam seperti menubuhkan pentadbiran baru di kawasan yang baru ditakluk dan melantik panglima-panglima perang yang berkebolehan. Semasa pemerintahannya juga kota Basra dan Kufah dibina.
Saidina Umar juga amat dikenali kerana kehidupannya yang sederhana.

ii.d.  Pemerintahan Saidina Umar

1. Pembaharuan Dalam Bidang Pentadbiran
a) Membentuk Majlis Syura
Khalifah Umar telah membentuk satu Majlis Syura yang merupakan lembaga atau majlis perunding yang tertinggi. Ianya terbahagi kepada dua iaitu Majlis Syura Tertinggi dan majlis Syura Am.
Anggota Majlis Syura Tertinggi ialah terdiri daripada Uthman b. Affan, Ali b. Abi Talib, Zaid b. Tsabit, Abdul Rahman b. Auf, Saad b. Abi Waqas dan Muaz b. Jabal. Semua pekara yang melibatkan masalah politik, keselamatan dan sosial negara akan dibincangkan bersama-sama dalam majlis tersebut. Majlis Syura ini juga bertanggungjawab menentukan polisi negara dalam soal pemerintahan dalaman dan hubungan luar.
Melalui amalan sistem syura, Khalifah Umar dapat mengetahui apa-apa permasalahan yang berlaku kepada dalam semua segi. Beliau juga membuka peluang dan kebebasan yang seluas-luasnya kepada semua orang untuk mengemukakan fikiran dan pendapat mereka demi kebaikan dan keadilan Islam, Sehingga beliau menggangap semua manusia yang tidak mahu memberikan pendapat adalah manusia yang tidak berfaedah.

b) Membahagikan Wilayah-Wilayah Islam
Perkembangan Islam yang semakin luas dengan pembukaan negara-negara Islam yang baru telah memerlukan kepada pentadbir bagi menguruskan sesebuah negara. Dengan perluasan kuasa ini, Khalifah Umar telah membahagikan kerajaan Islam yang semakin luas kepada beberapa wilayah demi menjaga kelicinan pentadbiran Islam. Umar meletakkan beberapa orang pegawai untuk menjalankan pentadbiran. Mereka yang dilantik hendaklah datang ke Mekah pada tiap-tiap tahun selepas menunaikan haji untuk membuat laporan. Khalifah Umar dikatakan berkebolehan dalam memilih pegawai-pegawai yang cekap bagi melicinkan pentadbiran, sebagai contohnya Muawiyah b. Abu Sufian, Amru b. al-Ash, Mughirah b. Syu’bah dan Zaid b. Sumyah.
Sebelum seorang Gabenor itu dilantik, mereka haruslah mengisytiharkan harta mereka bagi mengelakkan dari menerima rasuah. Inilah syarat yang dikenakan oleh Khalifah Umar Al-Khattab bagi menjamin keadilan dan kesucian Islam.

c) Memperbaharui undang-undang pentadbiran tanah
Perluasan kuasa Islam menuntut kepada Khalifah Umar untuk melakukan pembaharuan terhadap sistem tanah. Di Mesir, Syria, dan Iraq misalnya, segala tanah-tanah awam adalah menjadi milik kerajaan tempatan dan segala hasil dari tanah tersebut akan digunakan untuk membiayai kemudahan-kemudahan awam negara itu juga. Khalifah Umar menetapkan tanah-tanah yang dimiliki oleh penduduknya tidak akan dirampas tetapi ianya akan dikenakan cukai.
Tentera atau umat Islam dari negara lain tidak dibenarkan mengambil tanah dari negara jajahan kecuali melalui pembelian. Ini berbeza dengan amalan-amalan sebelumnya dimana tanah-tanah akan dibahagikan kepada tentera yang menyertai peperangan.

2. Pembaharuan dalam bidang ekonomi
Banyak pembaharuan yang dilakukan oleh Umar bagi mengagihkan pendapatan kepada rakyat dan juga negara mengikut kehendak Islam. Kadar dan sistem cukai telah diubah. Cukai yang dikenakan mengikut jenis tanaman yang ditanam. Syarat-syarat yang menyusahkan rakyat dan tidak adil akan dihapuskan. Beliau juga sering bertanyakan kepada golongan-golongan Dzimmi (orang bukan Islam) untuk mengetahui samada cukai yang dikenakan membebankan mereka. Inilah langkah yang dilakukan oleh Umar sebelum pekara ini diperbaharui. Kesemua ini menyebabkan pungutan cukai menjadi cekap dan perbendaharan negara bertambah.
Beliau juga turut memajukan sistem pertanian dengan membuka tanah-tanah baru dan juga mengadakan projek pengairan, yang mana ianya telah dilaksanakan di Mesir dan Iraq bagi menambahkan lagi hasil pertanian.

3. Pembaharuan Dalam Bidang Sosial
a) Melakukan polisi baru untuk golongan Dzimmi
Khalifah Umar telah mengadakan cukai tanah dan juga jizyah kepada golongan ini. Cukai ini adalah berpatutan kerana rendah kadarnya dan tidak menyusahkan mereka. Pernah suatu kali khalifah Umar memanggil 10 orang Dzimmi dari Kufah dan 10 orang Dzimmi dari Basyrah supaya mereka bersumpah, bahawa cukai yang dikenakan keatas mereka tidak membebankan.
Taraf dan hak awam di berikan sama rata seperti apa yang dinikmati oleh orang Islam. Golongan Dzimmi yang masih menentang Islam akan dibuang atau dihalau keluar negara. Harta mereka tidak akan dirampas, malah harta mereka yang tidak dapat dipindahkan seperti ladang akan dibayar ganti rugi oleh kerajaan Islam.

b) Memperbaharui taraf kedudukan hamba
Golongan hamba pada masa itu telah diberikan hak kepentingan sosial dan taraf yang baik. Hamba tidak lagi dihina dan ditindas, mereka boleh hidup bebas seperti orang-orang biasa, kecualilah bagi orang-orang yang benar menentang Islam dalam peperangan. Umar menetapkan bahawa hamba perempuan yang menjadi ibu tidak boleh dijual sewenang-wenangnya seperti hamba-hamba lain. Begitu juga dengan hamba yang berkeluarga tidak boleh dipisahkan dari keluarga mereka.
Taraf golongan hamba juga disamakan dengan tuannya dalam apa-apa hal tertentu, pegawai-pegawai yang tidak menghormati dan menjaga hal kebajikan hamba akan dikenakan tindakan oleh Khalifah Umar. Sebagai contoh, Umar pernah melucutkan jawatan seorang pegawainya yang tidak menziarahi pekerjanya yang sakit.

c) Mengalakkan kegiatan keilmuan dan pelajaran
Pelbagai langkah telah dilakukan oleh Khalifah Umar untuk mengembangkan pelajaran al-Quran. Beliau menyediakan guru-guru bagi mengajar pelbagai ilmu berhubung dengan keilmuan dan dihantar ke serata tempat bagi yang memerlukan serta diberi gaji yang lumayan. Sekolah-sekolah ditubuhkan di masjid-masjid bagi diajar pelajaran Islam di seluruh wilayah Islam. Umat Islam diwajibkan menghafal surah-surah tertentu didalam al-Quran bagi menghuraikan prinsip-prinsip utama ajaran Islam seperti surah al-Baqarah, an-Nisa, al-Maidah dan sebagainya. Golongan ini akan diberikan pelbagai ganjaran sebagai satu usaha untuk menggalakkan menghafal kandungan al-Quran.

4. Pembaharuan Dalam Bidang Ekonomi
a) Memajukan sistem pertanian
Khalifah Umar telah mewujudkan terusan bagi memajukan sistem pertanian yang mana terusan tersebut seperti Terusan Amirul Mukminin yang menghubungkan Sungai Nil dengan Laut Merah sepanjang 69 batu dari bandar Fustat. Di Iraq pula beliau telah membina Empangan Abu Musa yang menyambungkan Sungai Dujlah (Tigres) dengan bandar Basrah.
Tanah juga telah dikajiselidik bagi menempatkan tanaman-tanaman yang bermutu. Rakyat juga digalakan untuk membuka tanah-tanah baru bagi memperbanyakkan hasil pertanian. Tanah yang tidak dikerjakan akan ditarik balik sekiranya tidak terdapat hasil pertanian di dalamnya. Begitu juga beliau juga telah mengadakan sistem cukai bagi menambahkan pendapatan negara.

ii.d.  Wafatnya Saidina Umar

Saidina Umar wafat pada tahun 644 selepas dibunuh oleh seorang hamba Majusi Parsi yang bernama Abu Lu'lu'ah atau Fairuz. Abu Lu'lu'ah menikam Saidina Umar kerana menyimpan dendam terhadap Saidina Umar. Dia menikam Saidina Umar sebanyak enam kali sewaktu Saidina Umar menjadi imam di Masjid al-Nabawi, Madinah.
Saidina Umar meninggal dunia dua hari kemudian dan dikebumikan di sebelah makam Nabi Muhammad s.a.w. dan makam Saidina Abu Bakar. Saidina Uthman Affan dilantik menjadi khalifah selepas kematiannya.

iii.  Uthman bin Affan

Uthman bin Affan (Arab: عثمان بن عفان) merupakan salah seorang sahabat Nabi Muhammad S.A.W. Ketika beliau menjadi khalifah, berlaku pertelingkahan dikalangan umat Islam mengenai cara bacaan Al-Quran. Disebabkan oleh itu Uthman bin Affan telah meminjam suhuf, (kumpulan penulisan Al-Quran daripada Hafsa. Selepas itu Uthman bin Affan telah memerintahkan empat orang sahabat untuk menyalin semula Al-Quran dalam bentuk yang sempurna yang dikenali sebagai Mushaf Uthman. Salinan Mushaf Uthman tersebut dihantar keseluruh pusat jajahan bagi mengantikan salinan-salinan yang lain.

iii.a.  Biografi

Saidina Uthman dilahirkan di dalam sebuah keluarga Quraish yang kaya di Makkah beberapa tahun selepas kelahiran Nabi Muhammad s.a.w.. Dia ialah salah seorang daripada orang yang pertama sekali memeluk Islam dan amat dikenali kerana sifat dermawannya kepada orang yang susah. Beliau juga berhijrah ke Habshah dan kemudian penghijrahan dari Makkah ke Madinah.

iii.b.  Perkembangan Islam semasa pemerintahan Saidina Uthman

Saidina Uthman menjadi khalifah selepas Saidina Umar Al-Khattab dibunuh pada tahun 644. Beliau memerintah selama dua belas tahun iaitu dari tahun 644 sehingga tahun 656. Semasa pemerintahannya, keseluruhan Iran, sebahagian daripada Afrika Utara, dan Cyprus menjadi sebahagian daripada empayar Islam. Adalah dikatakan bahawa Saidina Uthman melantik saudaranya sebagai pentadbir jajahan baru Islam. Enam tahun pertama pemerintahannya dianggap aman manakala enam tahun terakhir pula dianggap keadaan huru-hara. Beliau juga berjaya menghabiskan usaha pengumpulan al-Quran yang dimulakan oleh Saidina Abu Bakar (khalifah pertama Islam). Hingga hari ini, kita gunakan Mushaf Uthmani.

iii. c.  Pandangan ahli Sunah mengenai Saidina Uthman

Menurut pandangan ahli Sunah Waljamaah, dia mengahwini dua orang puteri Rasulullah s.a.w. dalam masa yang berbeza(beliau digelar zunurain). Saidina Uthman R.Anhu salah seorang dijanjikan syurga.

iii. d. Pandangan Syiah mengenai Saidina Uthman

Golongan Syiah percaya bahawa Saidina Ali Abi Talib yang sepatutnya menjadi khalifah memandangkan beliau ialah sepupu dan menantu Nabi Muhammad s.a.w.. Mereka percaya bahawa Saidina Uthman tamak dan mementingkan saudara sendiri dalam melantik pentadbir baru tanah jajahan Islam.

iv.  Ali bin Abi Talib

Saidina Ali Abi Talib (Bahasa Arab: علي بن أبي طالب‎) ialah antara Imam Islam selepas Rasulullah SAW dan khalifah terakhir Islam daripada Khulafa al-Rasyidin. Beliau juga ialah sepupu dan menantu Nabi Muhammad s.a.w. selepas mengahwini anak perempuan Rasulullah s.a.w. yaitu Fatimah.

iv. a.  Kehidupan awal

Saidina Ali dilahirkan di Makkah pada tahun 598. Bapa Saidina Ali, Abu Talib ialah pembesar puak Quraisy dan juga ialah bapa saudara Nabi Muhammad s.a.w.. Semasa Nabi Muhammad s.a.w. menerima wahyu daripada Allah s.w.t., Saidina Ali merupakan kanak-kanak pertama memeluk Islam.
Saidina Ali sentiasa menyokong Nabi Muhammad s.a.w. semasa kezaliman terhadap orang Muslim berlaku. Pada tahun 622 masihi, semasa peristiwa hijrah berlaku, Saidina Ali mengambil risiko dengan tidur di katil Rasulullah s.a.w. lantas berjaya mengelakkan satu percubaan membunuh baginda.

Saidina Ali di Madinah

Semasa berlakunya Perang Badar, Saidina Ali menumpaskan seorang jaguh Quraisy iaitu Walid ibni Utba di samping askar-askar Makkah yang lain. disamping itu para sahabat Rasulullah juga memainkan peranan yang penting di sisi Nabi sebagai pejuang agama Allah. Beliau mengahwini Fatimah az-Zahra, anak Rasulullah s.a.w. Ketika itu beliau berumur 25 tahun dan Siti Fatimah berumur 18 tahun. Kerana kemiskinannya Saidina Ali menjual baju besi perangnya untuk dijadikan mahar. walaupun begitu para sahabat lain seperti Saidina Abu Bakar, Saidina Umar, Saidina Usman dan Saidina Abdul Rahman bin Auf berbesar hati mengeluarkan perbelanjaan majlis perkahwinan kedua pengantin itu demi memuliakan Rasulullah SAW, kekasih yang amat mereka cintai.
Sepanjang sepuluh tahun Nabi Muhammad s.a.w. mengetuai penduduk Madinah, Saidina Ali senantiasa menolong dan membantu baginda demi kemajuan umat Islam.

iv. b.  Kewafatan Nabi Muhammad s.a.w.

Selepas wafatnya Nabi Muhammad s.a.w. pada tahun 632 masihi, Saidina Abu Bakar dilantik menjadi khalifah pertama umat Islam. Adalah dikatakan bahawa Saidina Ali terus menerima Saidina Abu Bakar sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW sekali gus menafikan fitnah yang dilontarkan oleh kaum Syiah. Ahli Sunah Waljamaah percaya perlantikan Saidina Abu Bakar merupakan sesuatu yang tepat sekali mengikut syariat Allah dan Rasulullah. Malah Saiyidina Ali menjadi salah seorang tentera Islam di bawah pemerintahan Saiyidina Abu Bakar untuk memerangi kaum yang murtad dan tidak mahu membayar zakat. Golongan Syiah pula percaya memandangkan Saidina Ali merupakan menantu dan sepupu kepada Rasulullah s.a.w. maka beliaulah yang seharusnya dilantik menjadi khalifah.

iv. c.  Menjadi khalifah ke-4

Pada tahun 656 masihi, khalifah ketiga Islam iaitu Saidina Uthman bin Affan wafat kerana dibunuh oleh puak pemberontak di dalam rumahnya sendiri. Pemberontakan mereka atas sebab tidak puas hati dengan Saidina Uthman yang dikatakan mengamalkan nepotisme dan menggunakan harta baitul mal untuk keluarganya. Atas keputusan ahli Syura mencadangkan Saidina Ali supaya menjadi khalifah tetapi Saidina Ali menolak. Tetapi selepas didesak, beliau akhirnya menerima untuk menjadi khalifah.

iv. d.  Pentadbiran Saidina Ali

Perkara pertama beliau lakukan selepas dilantik menjadi khalifah ialah mencari pembunuh saidina Uthman mengikut saluran undang-undang Islam. dengan menghapuskan pemberontakan yang hendak dibuat oleh golongan Rafidhah yang menghasut para sahabat. Isteri Rasulullah iaitu Ummul Mukminin Saidatina Aisyah, dan dua orang sahabat Nabi iaitu Talhah ibn Ubaidillah dan Zubair ibn Awwam telah terlibat sama. Pemberontakan itu berjaya ditumpaskan oleh Saidina Ali dalam Perang Jamal (juga dikenali sebagai Perang Unta). Dalam peperangan ini, Talhah dan Zubair terkorban akibat dibunuh oleh golongan Rafidhah yang mengaku sebagai pengikut Saidina Ali. Manakala Saidatina Aisyah dikembalikan ke Madinah oleh Saidina Ali. Beliau menjalankan satu misi dengan mengarahkan 100 orang wanita menyamar lelaki dan menutup muka, lalu menarik unta Ummul Mukminin Aisyah kembali ke Madinah.
Namun ada juga yang mengatakan: Keluarnya Aisyah bersama Thalhah dan Az Zubair bin Al Awwam ke Bashrah dalam rangka mempersatukan kekuatan mereka bersama Ali bin Abi Thalib untuk menegakkan hukum qishash terhadap para pembunuh Utsman bin Affan. Hanya saja Ali bin Abi Thalib meminta penundaan untuk menunaikan permintaan qishash tersebut. Ini semua mereka lakukan berdasarkan ijtihad walaupun Ali bin Abi Thalib lebih mendekati kebenaran daripada mereka. (Daf'ul Kadzib 216-217)
Selepas itu, Saidina Ali melantik gabenor-gabenor baru bagi menggantikan pentadbir-pentadbir yang dilantik oleh Saidina Uthman. Saidina Ali memindahkan pusat pentadbiran Islam daripada Madinah ke Kufah, Iraq. Kota Damsyik, Syria pula ditadbir oleh Muawiyah, Gabebor Syria dan saudara Saidina Uthman. Muawiyah telah dilantik sebagai Gabenor pada masa pemerintahan Saidina Umar lagi.
Muawiyah, yang menyimpan cita-cita politik yang besar, berpendapat bahawa siasatan berkenaan dengan pembunuhan Saidina Uthman adalah merupakan keutamaan bagi negara ketika itu dan beliau ingin mengetahui siapakah pembunuh Saidina Uthman dan pembunuh tersebut mestilah dihukum qisas. Bagi Saidina Ali, beliau berpendapat keadaan dalam negara hendaklah diamankan terlebih dahulu dengan seluruh penduduk berbaiah kepadanya sebelum beliau menyiasat kes pembunuhan Saidina Uthman. Muawiyah kemudiannnya menyatakan rasa kesal dengan kelambatan Saidina Ali menyiasat kematian Saidina Uthman, lalu melancarkan serangan ke atas Saidina Ali. Akhirnya terjadilah Perang Siffin di antara Muawiyah dan Saidina Ali. Di dalam peperangan ini antara para sahabat yang terlibat adalah Amru Al-Ash, Ammar ibn Yasir, Abdullah ibn Amru Al Ash, Abdullah ibn Abbas.
Ada di antara para sahabat bersikap berkecuali di dalam hal ini. Antaranya adalah Abdullah ibn Umar, Muhammad ibn Maslamah, Sa'ad ibn Abi Waqqas, Usamah ibn Zaid.




 
SUMBER :
http://ms.wikipedia.org/wiki/Abu_Bakar_as-Siddiq
http://majlisdzikrullahpekojan.org/kisah-sahabat-nabi/abu-bakar-as-siddiq.html
http://ms.wikipedia.org/wiki/Saidina_Umar_Al-Khatab
http://ms.wikipedia.org/wiki/Saidina_Uthman_Affan
http://ms.wikipedia.org/wiki/Saidina_Ali_Abi_Talib