KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas tentang “Paragraf”.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman mahasiswa mengenai paragraf serta sebagai salah satu syarat pemenuhan standar SAP pada mata kuliah Bahasa Indonesia.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Depok, Oktober 2010
Penyusun
PENDAHULUAN
Paragraf (Alenia) merupakan kumpulan suatu kesatuan pikiran yang lebih luas dari pada kalimat. Alenia merupakan kumpulan kalimat, tetapi kalimat yang bukan sekedar berkumpul, melainkan berhubungan antara yang satu dengan yang lain dalam suatu rangkaian yang membentuk suatu kalimat.
Paragraf adalah suatu penuangan ide penulis melalui kalimat atau kumpulan alimat yang satu dengan yang lain yang berkaitan dan hanya memiliki suatu topik atau tema. Paragraf juga disebut sebagai karangan singkat.
Dalam paragraf terkandung satu unit pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam kalimat tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama atau kalimat topik, dan kalimat penjelas sampai kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling berkaitan dalam satu rangkaian untuk membentuk suatu gagasan. Panjang pendek suatu paragraf dapat ditentukan oleh banyak sedikitnya gagasan pokok yang diungkapkan.
PARAGRAF
1. Pengetian paragraf
Paragraf merupakan Karangan yang pendek / singkat yang berisi sebuah pikiran dan didukung himpunan kalimat yang saling berhubungan untuk membentuk satu gagasan. Paragraf (alenia) adalah sekumpulan kalimat yang tersusun secara logis dan runtun (sistematis), yang memungkinkan suatu gagasan pokok dapat dikomunikasikan kepada pembaca secara efektif. Paragraf merupakan satuan terkecil sebuah karangan. Isinya membentuk satuan pikiran sebagai bagian dari pesan yang disampaikan penulis dalam karangannya. Paragraf yang tidak jelas susunannya akan menyulitkan pembaca untuk menangkap pikiran penulis. Meskipun singkat, oleh karena ada isi pikiran yang hendak disampaikan, paragraf membutuhkan organisasi dan susunan yang khas. Di samping itu, karena paragraf merupakan bagian dari suatu pasal, maka antara paragraf satu dengan yang lain harus saling berhubungan secara harmonis, sehingga sesuai dengan rangka keseluruhan karangan. Oleh karena itu, sebuah karangan hanya akan baik jika paragrafnya ditulis dengan baik dan dirangkai dalam runtunan yang logis.
2. Kelengkapan paragraf
Paragraph dikatakan lengkap, jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik/ kalimat.Dalam suatu paragraf, pernyataan pokok (kalimat topik) diikuti oleh sejumlah pernyataan pendukungnya. Pernyataan pendukung tersebut harus cukup rinci sehingga gagasan utama yang akan dikomunikasikan menjadi jelas bagai pembaca. Rincian yang terlalu sedikit akan menyulitkan pembaca memahami isi paragraf. Sebaliknya, rincian yang berlebih-lebihan tidak akan membuat paragraf lebih jelas, bahkan rincian yang bertele-tele akan menjemukan pembaca. Oleh karena itu pilihlah rincian yang cocok dengan pokok bahasan, dan jumlahnya memadai sehingga terbentuk paragraf yang hemat.
Panjang pendeknya paragraf tergantung sepenuhnya pada kedalaman isi pikiran atau gagasan pokok yang akan dikomunikasikan, dan “daya baca” pembaca yang menjadi sasaran tulisan. Sebuah paragraf harus mampu menjelaskan gagasan pokok secara tuntas. Apabila satu kalimat dipandang belum dapat menjelaskannya, maka perlu ditambah dengan kalimat kedua, ketiga dan seterusnya, sampai menjadi jelas. Paragraf yang terlalu pendek (terdiri atas satu atau dua kalimat) seringkali tidak cukup mampu menjelaskan gagasan pokok senyatanya. Sedangkan, paragraf yang terlampau panjang dan berbelit-belit justru akan mengaburkan gagasan pokok yang seharusnya ditonjolkan. Paragraf surat kabar umumnya pendek-pendek (20-40 kata) karena harus dapat dibaca cepat oleh berbagai lapisan masyarakat. Majalah populer umumnya menggunakan paragraf yang panjangnya 100-150 kata. Pada umumnya buku ajar perguruan tinggi memiliki panjang paragraf antara 75 dan 200 kata.
3. Pola susunan paragraf
Paragraf merupakan rangkaian kalimat yang tersusun dengan pola runtunan tertentu, antara lain:
Pola runtunan waktu
Pola susunan ini biasanya dipakai untuk memerikan (mendeskripsikan) suatu peristiwa atau prosedur membuat atau melakukan sesuatu selangkah demi selangkah. Misalnya cara melakukan percobaan, menyelesaikan masalah, dan menggunakan suatu alat. Pola susunan ini ditandai dengan “rambu” yang menyatakan runtunan waktu, seperti pertama, mula-mula, lalu, kemudian, setelah itu, sambil, seraya, selanjutnya, dsb.
Pola runtunan ruang
Apabila penulis menggunakan pola runtunan ruang secara umum, ia akan menggunakan kata seperti di sebelah kiri, sedikit di atas, agak menjorok ke dalam, dsb. Apabila penulis menggunakan pola ini secara pasti, maka ia dapat menyebutkan ukurannya, misalnya sepuluh sentimeter di atasnya, menjorok ke dalam 1 m, membentuk sudut 45 derajat, dsb.
Pola susunan sebab-akibat
Pola susunan paragraf ini digunakan antara lain untuk (1) mengemukakan alasan secara logis, (2) mendeskripsikan suatu proses, (3) menerangkan sebab bagi suatu peristiwa atau fenomena, (4) memprakirakan peristiwa yang akan terjadi. Beberapa rambu dalam pola susunan ini adalah jadi, karena itu, dengan demikian, karena, mengakibatkan, akibatnya, menghasilkan, sehingga, dll.
Pola susunan pembandingan
Pola ini digunakan untuk membandingkan dua perkara atau lebih, yang di satu pihak mempunyai kesamaan, sedangkan di pihak lain kebedaan. Pembadingan ditandai dengan rambu seperti tetapi, apalagi, berbeda dengan, demikian pula, sedangkan, sementara itu.
Pola susunan daftar
Suatu paragraf dapat pula memuat rincian yang diungkapkan dalam bentuk daftar. Susunan daftar dapat berformat (berderet ke bawah) atau tidak (membaur di dalam paragraf itu sendiri, sehingga tak terlihat jelas sebagai daftar. Baik berformat maupun tidak, kalimat-kalimat rincian perlu seiring dan berhubungan secara mulus dengan kalimat induknya.
Pola susunan contoh
Banyak gagasan yang memerlukan contoh, sehingga kalimat-kalimat rinciannya mengemukakan contoh-contoh, yang adakalanya diawali dengan kata misalnya atau contohnya, tetapi adakalanya tidak.
Pola susunan bergambar
Terdapat pernyataan yang dilengkapi dengan gambar (bagan, tabel, grafik, diagram, dsb.) untuk memperjelas maksud pernyataan tertulisnya.Dalam kaitan itu perlu dicantumkan penunjukan kepada gambar bersangkutan supaya pembaca mengetahui gambar yang harus dilihatnya..
4. Perpautan antarkalimat
Paragraf yang baik memiliki kesetalian atau keterpautan, yang mengikat pernyataan di dalamnya menurut runtunan yang logis. Ada beberapa cara yang dapat dipakai untuk memperpautkan kalimat agar diperoleh paragraf yang setali, antara lain sebagai berikut:
mengulang kata dari kalimat yang satu pada kalimat berikutnya, misalnya obyek pada kalimat pertama menjadi subyek pada kalimat kedua;
menggabung dua kalimat atau lebih menjadi sebuah kalimat majemuk;
menggunakan perangkai (jadi, contohnya, seperti, sebagai gambaran, selain itu, kedua, lagi pula, selanjutnya, juga, akhirnya, di satu pihak, dipihak lain, sebaliknya, sekalipun begitu, tetapi, oleh karena itu, kesimpulannya, dengan demikian, dengan kata lain, dsb.;
menggunakan pokok kalimat yang tetap dalam seluruh paragraf dengan kata yang sama, dengan sinonim, atau dengan kata ganti;
menggunakan bangun perkalimatan yang seiring.
5. Jenis paragraf
Dalam paragraph terdapat beberapa jenis,yaitu :
a. Paragraf lantas (langsung)
Paragraf dimulai dengan pernyataan tentang pokok bahasan (kalimat topik), sehingga paragraf menyampaikan informasi secara lugas kepada pembaca. Kalimat-kalimat berikutnya merupakan rincian untuk memperjelas paparan atau memperkuat argumentasi terhadap pokok bahasan (deduktif).
b. Paragraf rampat
Pokok bahasan pada paragraf rampat terdapat pada bagian akhir setelah didahului dengan serangkaian rincian. Paragraf rampat mengajak pembaca secara induktif menarik kesimpulan berdasarkan fakta atau pendapat yang diketengahkan sebelumnya.
c. Paragraf rincian
Jenis paragraf ini tidak mempunyai pernyataan pokok bahasan, tetapi seluruhnya terdiri atas pernyataan rincian. Biasanya paragraf jenis ini tidak berdiri sendiri, melainkan sebagai lanjutan dari paragraf sebelumnya yang memiliki pokok bahasan.
d. Paragraf tanya
Paragraf tanya dibuka dengan pertanyaan, yang menunjuk kepada pokok bahasan yang akan dipaparkan, atau sebagai peralihan dari gagasan yang satu kepada yang berikutnya. Pertanyaan diajukan untuk membangkitkan keingintahuan pembaca. Selanjutnya pertanyaan itu dijawab sendiri oleh penulis melalui rincian-rincian berikutnya.
6. Tugas Paragraf
Sebuah karangan diawali dengan paragraf pembuka, kemudian dilanjutkan dengan rangkaian paragraf pengembang yang diselingi satu sama lain dengan paragraf perangkai, dan akhirnya ditutup dengan paragraf pemungkas (penutup).Paragraf pembuka dapat diibaratkan dengan pintu gerbang, yang harus dibangun dengan baik sehingga orang tertarik. Penulis harus berusaha untuk menulis paragraf pembuka sebaik-baiknya. Dengan paragraf itu, ia memberikan gambaran singkat tentang perkara yang dibahas dalam tulisannya, atau mencoba membangkitkan perhatian pembaca agar tertarik untuk membaca seluruh karyanya.Paragraf perangkai tugasnya meluweskan peralihan dari pembahasan hal yang satu kepada yang lain. Paragraf perangkai biasanya muncul pada saat pengarang mengakhiri satu bagian dari uraiannya, dan hendak beralih pada uraian yang lain.
Paragraf pemungkas menutup sebuah karangan, dan dengan sendirinya harus benar-benar menutup dengan wajar. Janganlah dirasakan oleh pembaca seolah-olah karangan itu putus di tengah jalan, atau karangan itu belum selesai. Biasanya paragraf pemungkas menyajikan kesimpulan, saran, atau harapan penulis. Pada sejumlah karangan yang baik tampak adanya hubungan antara paragaraf pembuka dan pemungkas.
7. Perpautan antarparagraf
Paragraf mengemukakan satu penggalan pikiran yang bulat, dan sebagai penggalan pikiran paragraf yang satu terpisah dari paragraf yang lain. Sementara itu, sebagai penggalan pikiran pula paragraf merupakan mata rantai dari rangkaian paragraf yang menyajikan gagasan-gagasan pengarang secara beruntun dengan tertib dan logis. Dalam pada itu pengarang menggunakan unsur perangkai yang memperpautkan paragraf yang satu kepada yang berikutnya. Perangkai tersebut dapat berupa kata yang diulang, kata rangkai, sebuah kalimat, atau bahkan sebuah paragraf.
a Pengulangan kata sebagai perangkai
Mengulang kata atau pokok karangan dari paragraf yang satu pada paragraf berikutnya merupakan cara yang baik untuk memperpautkan berbagai paragraf dalam sebuah karangan. Ketika pembaca beralih membaca dari paragraf yang satu kepada paragaraf berikutnya, ia diingatkan oleh kata yang diulang itu kepada perkara yang dibacanya pada paragraf terdahulu. Dengan demikian gagasan pada paragraf yang sedang dibacanya tidak terlepas dari gagasan yang mendahuluinya.
b Kata rangkai
Cara lain untuk memperpautkan sebuah paragraf pada paragraf yang mendahuluinya ialah dengan menggunakan kata atau gugus kata rangkai pada awal kalimat pertamanya. Kata atau gugus kata rangkai yang sering dipakai untuk memperpautkan paragraf, misalnya, anehnya, sementara itu, sebaliknya, namun, sebagaimana dikatakan di muka, sehubungan dengan hal itu.
c Kalimat sebagai perangkai
Perangkai dapat pula berupa sebuah kalimat berdiri sendiri sebagai paragraf. Isinya dapat merupakan kesimpulan uraian sebelumya.
d Paragraf sebagai perangkai
Perangkai dapat pula berupa sebuah peragraf utuh atau pendek. Paragraf seperti itu biasanya muncul pada saat pengarang mengakhiri satu bagian dari bahasannya, dan hendak berpindah pada bahasan yang lain. Cara menggunakannya dapat bermacam-macam. Paragraf dapat berupa ringkasan perkara yang dibahas sebelumnya, satu atau beberapa contoh mengenai masalah yang telah dibahas, atau dapat pula memperkenalkan bahasan selanjutnya.
8. Syarat-syarat pembentukan paragraf :
Kesatuan : tiap paragraf hanya mengandung satu pikiran / satu tema.
Fungsi paragraf : mengembangkan tema.
Koherensi / kepaduan = hubungan antara kalimat dengan kalimat.
9. Kepaduan dalam kalimat dapat dibangun dengan memperhatikan :
Perincian dan urutan isi paragraf :
a. urutan waktu
b. urutan logis
c. urutan ruang
d. urutan proses
e. sudut pandangan/ point of view
Unsur- Unsur Kebahasan
1. Repetisi : pengulangan kata-kata yang dianggap cukup penting atau menjadi topik pembahasan.
2. Kata ganti : kata yang dipakai untuk menggantikan subyek pembicaraan.
Macam-macam kata ganti :
a. kata ganti orang pertama (I) : aku, saya, ku,
b. kata ganti orang kedua (II) : kamu, mu,kamu sekalian,
c. kata ganti orang ketiga (III) : Anda, Dia,Beliau,mereka, nya.
Kata transisi : kata yang berada di antara kata ganti dan kata repetisi.
Macam-macam kata transisi :
a. berhubungan dengan pertambahan;
b. berhubungan dengan perbandingan;
c. berhubungan dengan pertentangan;
d. berhubungan dengan tempat;
e. berhubungan dengan tujuan;
f. berhubungan dengan waktu;
g. berhubungan dengan singkatan.
10. Macam - Macam Paragraf
Menurut fungsinya
a. paragraf pembuka sebagai sarana menyampaikan ide atau gagasan,
b. paragraf penjelas yang merupakan beberan untuk menjelaskan ide, serta
c. paragraf penutup yang menjadi kesimpulan dari dua paragraf sebelumnya2.
Menurut posisi kalimat topik :
a. paragraf deduktif
b. paragraf induktif
c. paragraf deduktif – induktif
d. paragraf tersebar
Berdasarkan sifat isinya :
a. paragraf argumentasi
b. paragraf narasi
c. paragraf persuasi
d. paragraf eksposisi
e. paragraf deskripsi.
11. Pengembangan Paragraf
Pengembangan paragraf mencakup dua hal:
a. Kemampuan memerinci secara maksimal gagasan utama alinea ke dalam gagasan-gagasan bawahan;
b. Kemampuan mengurutkan gagasan-gagasan bawahan ke dalam suatu urutan yang teratur.
12. Macam-macam Metode Pengembangan Paragraf
1. Klimaks dan Anti Klimaks
2. Sudut Pandangan / Point of View
3. Proses
4. Perbandingan dan Pertentangan
5. Analogi
6. Contoh
7. Kausal
8. Umum-Khusus / Khusus-Umum
9. Klasifikasi
10. Definisi Luas
13. Teknik Menyusun Paragraf
Teknik menyusun pargraf dapat dilakukan melalui dua cara yaitu, secara horisontal yang artinya bagaimana menghubungkan antar kalimat dalam satu paragraf, sedangkan secara vertikal adalah menghubungkan antar paragraf. Kedua cara ini membutuhkan unsur pemadu agar koheren dan utuh. Jika digambarkan unsure pemadu horisontal dan vertikal ialah sebagai berikut :
14. Contoh-contoh pengembangan paragraf secara horisontal :
Secara deduktif yang merupakan cara berpikir dari hal yang umum menuju ke hal
yang khusus :
Teknologi nirkabel memberi peluang bagi pengguna untuk mengakses Internet dari perangkat bergerak seperti laptop, PDA dan ponsel. Perangkat-perangkat bergerak tersebut telah dilengkapi dengan fitur-fitur khusus seperti kapasitas memori lebih besar dan didukung layanan akses cepat seperti HSDPA bagi ponsel 3G.
Secara induktif yang merupakan cara berpikir dari hal khusus menuju ke hal yang umum:
CRM tipe operasional adalah layanan pelanggan secara langsung atau tidak. Tipe lain adalah tipe analitik memberikan informasi sesuai dengan kebutuhan pelanggan, dan tipe kolaborasi
memberi kesempatan pelanggan untuk member kontribusi pada layanan. Ketiga tipe tersebut menekankan pada layanan kepada pelanggan yang berpusat pada pelanggan. Itulah salah satu hal
dari konsep CRM.
memulai dengan pendapat orang lain atau pendapat pribadi :
Menurut Kent Beck, extreme programming(XP)merupakan model proses yang mempercepat proses rekayasa perangkat lunak. XP memungkinkan pengujian modul dan pengkodean dilakukan bersama.
membandingkan, menyamakan, atau mempertentangkan:
Berbeda dengan model proses spiral, model proses waterfall tidak mementingkan analisis resiko dalam proses rekayasa perangkat lunak. Selain itu, kemungkinan proyek dihentikan dalam proses dapat terjadi dalam model proses spiral tetapi tidak pada model proses waterfall.
membuat pembatasan atau definisi :
Perangkat lunak skala kecil adalah perangkat lunak dengan jumlah baris perintah maksimal 300.000 baris. Jumlah kebutuhan yang dipenuhidalam skala ini juga tidak memiliki batasan pasti
karena disesuaikan dengan kebutuhan kasus.
memberi ilustrasi atau contoh :
Proyek rekayasa perangkat lunak yang menggunakan model proses spiral adalah proyek yang memiliki resiko tinggi.Proyek dengan resiko tinggi mempengaruhi kehidupan manusia seperti misalnya perangkat lunak berkaitan dengan alatalat kesehatan, atau keselamatan kerja.
15. Contoh-contoh paragraf yang dikembangkan secara vertikal :
a. Pergantian gagasan :
Seperti telah diuraikan di atas. . . .
Sehubungan dengan penjelasan di atas . . . .
b. Penjelasan teori atau pandangan lain :
Menurut pendapat . . . . .
Berkaitan dengan pandangan . . . . maka .. . .
c. Untuk menjelaskan argumen :
Menurut hemat penulis, komunikasi data dapat
dilakukan tanpa . . .
Hal yang perlu dipertimbangkan jika
menggunakan modem internal . . . .
d. Penjelasan tempat :
Hal yang telah dipaparkan di atas terdapat
pula pada . . . .
5. Uraian waktu :
Pada tahun 1947 Bell Labs menemukan
transistor . .
Penemuan transistor generasi pertama berbeda
dengan . . .
e. Untuk menjelaskan sebab-akibat :
Penggunaan transistor dimungkinkan karena ..
f. Untuk memperluas uraian :
Berkaitan dengan penjelasan di atas . . .
Di atas dikatakan bahwa . . . .
Penjelasan di atas telah membawa . . .
g. Untuk membandingkan :
Apabila dibandingkan dengan penemuan
sebelumnya . . . .
Pendapat X jika dibandindkan pendapat Y ..
h. Ingin mengritik atau mendukung :
Berdasarkan uraian tersebut, penulis sependapat
bahwa IBM bukanlah penemu tabung
vakum . . . . .
i. Ingin memerinci sebab, proses, atau penjelasan :
Hal itu disebabkan karena . . . .
Faktor penyebab yang dapat diketengahkan
ialah . . . .
Proses . . . . dapat dijelaskan sebagai
Berikut
j. Ingin menyimpulkan :
Berdasarkan uraian di atas . . .
Kesimpulan yang dapat ditarik . . . .
Atas dasar perhitungan dapat ditarik
kesimpulan . . . .
KESIMPULAN
Paragraf (Alenia) merupakan kumpulan suatu kesatuan pikiran yang lebih luas dari pada kalimat. Alenia merupakan kumpulan kalimat, tetapi kalimat yang bukan sekedar berkumpul, melainkan berhubungan antara yang satu dengan yang lain dalam suatu rangkaian yang membentuk suatu kalimat. Paragraf berisi sebuah pikiran dan didukung himpunan kalimat yang saling berhubungan untuk membentuk satu gagasan.
Tiap alenia hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Fungsi alenia adalah mengembangkan gagasan pokok atau topik tersebut. Oleh karena itu, dalam pengembangannya tidak boleh ada unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan topik atau gagasan tersebut.
Alenia dianggap mempunyai kesatuan, jika kalimat-kalimat dalam alenia itu tidak telepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topik.
Alinea harus dipenuhi oleh sebuah koherensi atau kepaduan, yakni adanya hubungan yang harmonis, yang memperlihatkan kesatuan kebersamaan antara satu kalimat dengan kalimat yang lainnya dalam sebuah alenia. Alenia yang memiliki koherensi akan sangat memudahkan pembaca mengikuti alur pembahasan yang disuguhkan. Ketiadaan koherensi dalam sebuah alenia akan menyulitkan pembaca untuk menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lainnya.
Minggu, 07 November 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar