Kamis, 25 Maret 2010

Perilaku Konsumen

Banyak pengertian perilaku konsumen yang dikemukakan oleh para ahli, salah satunya Engel dan kawankawan (Umar, 1999) yang mengatakan bahwa perilaku konsumen merupakan suatu tindakan langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi serta menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului tindakan tersebut.
Konsumen : Customer is person who uses goods, those which directly satisfy human needs and desire yang dalam bahasa indonesia artinya adalah orang yang menggunakan barang-barang secara langsung untuk mencukupi kebutuhan dan keinginan manusia (Umar, 1999).
Perilaku konsumen : Adalah tingkah laku dari konsumen, dimana mereka dapat mengilustrasikan pencarian untuk membeli, menggunakan, mengevaluasi dan memperbaiki suatu produk dan jasa mereka. Focus dari perilaku konsumen adalah bagaimana individu membuat keputusan untuk menggunakan sumber daya mereka yang telah tersedia untuk mengkonsumsi suatu barang.
Seorang konsumen tentu memiliki kebutuhan yang tidak terbatas tetapi alat pemuas kebutuhannya sangat terbatas. Kalian sebagai seorang konsumen juga akan merasakan hal yang sama. Kalian tentu memiliki kebutuhan yang demikian banyak, misalnya makanan yang beraneka macam, minuman yang beraneka rasa, pakaian yang beraneka rupa, buku, tas, sepatu, tempat tinggal, mainan, dan sebagainya.
Tentu saja semua kebutuhan tersebut tidak mungkin mampu dipenuhi semuanya karena kita memiliki keterbatasan. Kita tentu tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli semua barang yang kita butuhkan tersebut. Hal inilah yang menjadikan perlunya kita mempelajari perilaku konsumen dalam memenuhi kebutuhannya.
Setiap konsumen berusaha mengalokasikan penghasilan yang terbatas
Jumlahnya untuk membeli barang dan jasa yang tersedia di pasar sedemikian Rupa sehingga tingkat kepuasan yang diperolehnya maksimum. Demikian pula Seorang produsen mengorganisir produksi yang selanjutnya menentukan
Penawaran barang di pasar. Produsen yang dapat mengorganisir produksi secara efisien akan memperoleh keuntungan. Mereka ini juga dapat berperan sebagai
Konsumen.
Semua anggota masyarakat yang menerima uang dan kemudian Membelanjakannya untuk pembelian barang dan jasa disebut konsumen.
Anggota keluarga yang dependen terhadap penerima penghasilan (anak yang
Masih sekolah) yang ikut menentukan anggaran rumah tangga, juga disebut
Konsumen. Setiap konsumen haruslah menetapkan permintannya untuk setiap
Barang dan jasa yang tersedia di pasar. Jumlah seluruh permintaan masyarakat
Atas barang dan jasa menunjukkan permintaan pasar.
Untuk menjelaskan perilaku konsumen dalam memperoleh kepuasan
Terhadap barang dan jasa yang dikonsumsi terdapat dua pendekatan teori, yaitu
Pendekatan kardinal dan pendekatan ordinal.
Berikut ini penjelasan tentang Kedua teori tersebut:


A. Pendekatan Kardinal
Pendekatan kardinal menganggap bahwa kepuasan konsumen yang
Diperoleh dari kegiatan konsumsi barang dan jasa dapat diukur secara
Kuantitatif. Artinya kepuasan konsumen dapat diukur dengan angka
Sebagaimana kita mengukur berat badan, tinggi badan dan sebagainya.
Kepuasan konsumen yang diperoleh dari hasil konsumsi barang dan
Jasa disebut dengan istilah utilitas (utility). Oleh karena itu pendekatan
Kardinal juga sering disebut dengan pendekatan utilitas (utility approach).
Pendekatan ini beranggapan bahwa:

1) Tingkat utilitas total yang dicapai seorang konsumen merupakan
Fungsi dari kuantitas barang yang dikonsumsi. Artinya tingkat
Kepuasan total yang diperoleh konsumen dipengaruhi oleh jumlah
Berbagai barang yang dikonsumsi. Hal ini sesuai dengan hukum
Gossen yang telah dijelaskan di depan bahwa tingkat kepuasan
Konsumen dipengaruhi oleh jumlah dan variasi barang yang
Dikonsumsi.

2) Konsumen akan berusaha untuk memaksimalkan kepuasannya sesuai
Dengan anggaran yang dimilikinya. Hal ini menunjukkan bahwa
Anggaran yang dimiliki konsumen merupakan faktor penentu bagi Pencapaian tingkat kepuasannya. Artinya konsumen tidak akan Mampu mencapai tingkat kepuasan yang setinggi-tingginya sesuai
Dengan yang diinginkan melainkan tergantung dari jumlah anggaran
Yang dimilikinya. Karena itu konsumen akan berusaha untuk
Mengalokasikan jumlah anggaran yang dimiliki tersebut untuk
Membeli berbagai jumlah barang yang mampu menghasilkan
Kepuasan yang maksimal.

3) Tingkat kepuasan konsumen dapat diukur secara kuantitatif.

4) Tambahan kepuasan dari setiap unit tambahan barang yang
Dikonsumsi akan menurun. Perhatikan contoh berikut ini:
Jika konsumen ingin membelanjakan uangnya Rp. 100.000 tentunya
Untuk membeli barang X, karena memberikan marginal utiliti sebesar 50
Unit guna, sementara jika dibelanjakan untuk barang Y hanya akan
Memberikan marginal utiliti sebesar 40 unit guna.
Demikan pula uang Rp. 100.000 yang kedua akan dibelikan barang
X, karena memberikan unit guna sebesar 45, sementara jika dibelikan
Barang Y hanya akan mendapatkan 40 unit guna. Setelah Rp. 100.000
Yang ketiga konsumen berada dalam keadaan indifferen, baik dibelikan
Barang X ataupun barang Y akan memberikan unit guna yang sama yaitu
40 unit guna. Penganalisaan ini dapat dilakukan terus sampai uang
Konsumen sebanyak Rp. 1.300.000 habis. Akhirnya didapatkan konsumen
Membeli 7 barang X dan 6 barang Y dengan total guna 425 unit guna.
Guna barang X ( 50 +45 + 40 + 35 + 30 + 25 + 20 = 245 unit guna) dan
Barang Y (40 + 36 + 32 + 28 + 24 + 20 = 180 unit guna ), sehingga
Totalnya 425 unit guna.

Seandainya konsumen membeli barang X 6 unit dan barang Y 7
Unit, sama-sama menghabiskan uang sebanyak Rp. 1.300.000 , namun
Unit guna total yang diperoleh hanyalah 411 unit guna.
Secara matematis, tingkat keseimbangan konsumen terjadi apabila :


Dengan batasan penghasilan dan harga barang-barang besarnya tertentu ;
Axpa + bxpb + cxpc + ……… + zxpz = I = penghasilan konsumen
Pa,Pb,Pc, …….. Pz : harga masing-masing barang perunit.
Misalkan konsumen memiliki penghasilan Rp. 1.600.000,00 pada periode
Tertentu. Ia ingin membelanjakan penghasilannya untuk barang A dan B,
Yang harganya masing-masing Rp. 200.000 dan Rp. 100.000 per unit.
Preferensi konsumen tersebut tercermin pada tabel 2.3 dibawah ini.
Konsumen berada dalam keseimbangan bilamana ia membeli barang A
Sebanyak 5 unit dan barang B sebanyak 6 unit.
Pada tingkat pembelian ini:



Batasan penghasilan dan tingkat harga dalam hal ini juga dipenuhi,
5 x Rp. 200.000,00 + 6 x Rp. 100.000,00 = Rp. 1.600.000,00. Jadi
Konsumen membelanjakan semua penghasilannya. Jika konsumen
Mengalihkan uangnya yang untuk barang A Rp. 100.000 untuk membeli
Barang B, maka konsumen akan kehilangan 10 unit guna untuk
Mendapatkan 6 unit guna. Sebaliknya jika konsumen mengalihkan uangnya
Rp. 100.000 dari B untuk membeli barang A, maka konsumen akan
Kehilangan guna total sebesar 2,5 unit. Konsumen membeli barang A
Mendapatkan 7,5 unit guna, sementara kehilangan 10 unit guna barang B.
Jadi jelas guna total konsumen tersebut dimaksimumkan pada tingkat
Konsumsi barang A = 5 unit, dan barang B = 6 unit.

B. Pendekatan Ordinal
Pendekatan ordinal menggunakan pengukuran ordinal (bertingkat)
Dalam menganalisis kepuasan konsumen. Artinya kepuasan konsumen
Tidak dapat diukur dengan angka tetapi hanya dapat diukur dengan
Peringkat, misalnya tidak puas, puas, lebih puas, sangat puas dan
Seterusnya. Pendekatan ini juga sering disebut dengan pendekatan
Indeferens.
Sebagaimana pendekatan kardinal, pendekatan ordinal juga
Beranggapan bahwa tingkat utilitas total yang dicapai seorang konsumen
Merupakan fungsi dari kuantitas barang yang dikonsumsi. Di samping itu
Anggapan lain yang sama adalah konsumen akan berusaha untuk
Memaksimalkan kepuasannya sesuai dengan anggaran yang dimilikinya.
Namun demikian pendekatan ini memiliki anggapan yang berbeda
Dengan pendekatan kardinal. Pendekatan ordinal tidak menganggap bahwa
Tingkat utilitas dapat diukur secara angka tetapi konsumen hanya memiliki
Skala preferensi.


Skala preferensi adalah suatu kaidah dalam menentukan pilihan
Terhadap barang yang akan dikonsumsi. Skala preferensi tersebut memiliki
Ciri sebagai berikut:

1) Konsumen mampu membuat peringkat kepuasan terhadap barang.
Artinya konsumen mampu membedakan tingkat kepuasan dalam
Pemenuhan barang, misalnya minum es jus lebih puas dibandingkan
Minum es teh.

2) Peringkat kepuasan tersebut bersifat transitif artinya jika es jus lebih
Disukai daripada es teh, sedangkan es teh lebih disukai daripada es
Jeruk, maka es jus lebih disukai daripada es jeruk, bukan sebaliknya.

3) Konsumen akan selalu ingin mengkonsumsi jumlah barang yang lebih
Banyak karena konsumen tidak pernah mendapatkan sesuai dengan yang diinginkan.
Sumber :google.com
perilaku konsumen PDF

0 komentar:

Posting Komentar